HARAPAN ANAK BANGSA DI BUMI TRANSMIGRASI



HARAPAN  ANAK  BANGSA  DI  BUMI  TRANSMIGRAN
Cerpen: Sutara
Indonesia tempat kita berteduh , tempat kelahiran dan dibesarkan bunda, sungguh kaya dan subur makmur, kini kita nikmati segala yang ada di alam kemerdekaan, kita bebas berkarya bebas berusaha dan menikmati segala pasilitas negeri ini.
Namun banyak yang kurang tau dan mengetahui keadaan saudara-saudara kita yang ada nun jauh dari Ibu kota, yang kini masih butuh perhatian kita semua.
Sepenggal kisah dari aku, yang kualami sendiri dari Karang Agung Ilir Musi Banyu Asin Sumatra Selatan.
Aku datang bersama rombongan transmigrasi masyarakat Majalengka sebanyak dua belas kepala keluarga, mereka lengkap keluarga, kecuali aku yang hanya sebatangkara. Aku nekad karena keadaan negara krisis ekonomi, sebelumnya setiap lulusan dari sekolah guru selalu diangkat jadi PNS(Pegawai Negeri) ketika aku lulus ya itulah jadinya.
Aku bisa lolos berangkat sendiri padahal pada prosesnya daftar dengan ibu, setelah administrasi beres ibuku turun dari bis di Desa Ciborelang, kemudian bis melaju menuju Merak, transit dimerak dan diperiksa kelengkapan dan diberi makan. Bis masuk kapal Jatra dan semua penumpang bebas cari tempat duduk dikapal.
Enam jam dilautan dan berlabuh di Pelabuhan Panjang, diperiksa dan mendapat jatah makan dan cek kesehatan, diteruskan naik Kereta api dari Kerta Pati menuju Palembang tepatnya dekat Sungai Musi dan ditampung serta dijamu makanan dan cek kesehatan.
Para Transmigran dibawa dengan kapal-kapal tongkang menelusuri anak sungai Musi menuju Primer 11 Karang Agung Ilir Musi Banyu Asin.
Kapal merapat pagi saat sangsurya keluar dari peraduanya, sementara perjalan yang ditempuh sejak solat magrib.Subhanallah begitu luas tanah Air Indonesia, masih banyak tempat yang belum terisi penduduk, maka dengan Program Pemerintah dengan Transmigrasi diharapkan terjadinya pemerataan penduduk.
Kebanyakan penduduk bergerombol diperkotaan sekalipun tidak banyak tempat, bahkan kontrakan pas badanpun diambilnya, bagi yang kurang beruntung rela hidup di bawah jembatan layang.
Transmigrasi Program pemerintah yang sangat membantu masyarakat yang kurang mampu, itu pun bagi yang kuat minat dan mau berubah nasib.Bagi orang yang malas dimanapun akan tetap tertinggal.
Ketika perhu menyandar ketepian, kami para transmigran bengong melihat lahan dan tempat yang terkurung hamparan air, bahkan salah seorang ibu sempat pinsan, dandanan rapi dan tas dipinggang namun lokasi di tempat air, namun apadaya nasi sudah menjadi bubur.
Kami menerima undian untuk menempati lahan dan akupun mendapat undian 33, dipertengahan pemukiman, dan alat pertanian serta segala barang diangkut manual dengan dipikul sendiri sementara medan jalang dari gambut. Semakin lama dilewati semakin hancur dan becek bahkan semakin dalam.
Seperempat hari  baru beres angkut barang, haus dahaga tidak ada yang menyediakan air dan makanan, aku yang sebatangkara harus masak air, sedangkan air ditempat baru berwarna kecoklatan dan rasapun berbeda dengan air ditempat kelahiran jawa barat tercinta.
Tiada pilihan lain apapun dan bagaimanapun harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan, sore harinya turun hujan dan kamipun menampungnya dengan alat yang ada seperti drum, ember dan panci.Air hujan lebih jernih dari air tanah yang ada.
Kami mendapat jatah beras, gula,ikan asin, minyak goreng dan garam setiap satu buan sekali, kalau untuk kebutuhan makan cukup, akan tetapi kalau banyak kehendak pasti kurang.
Bagi anak-anak sangat prihatin karena ditempat baru belum ada sekolahan, mereka hanya bermain di sungai buatan, bermain perahu-perahuan dengan bahan kayu-kayu hutan yang banyak dan mengapung di sungai.
Sebulan kemudian kepedulian UPTD Transmigrasi menampung tenaga guru dan para anak-anak transn  usia sekolah dasar, kebetulan aku yang punya besik mengajar jebolan SPG( Sekolah Pendidikan Guru) Majalengka lulusan tahun 85, ditemani lulusan SMA, STM bahkan ada pula dari SMP, karena kurangnya tenaga pengajar.
Tempat belajar belum ada bangunan sekolah, hanya ada bangunan Balai Desa yang belum terpakai, dibuatlah jadi sekolah darurat dengan disekat menjadi kelas kelas.Setip kelasnya hanya dapat dihitung jari, bahkan ada yang satu kelas satu orang.
Bahan belajar apa adanya sesuai kemampuan dan keterampilan guru, bersambung.............

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Milik Moal Pahili Bagja Pada Boga

DAG DIG DUG DI GADOG

JANGAN TINGGALKAN KAMI GURUKU